MTsN 1 Pringsewu (Humas) _ Bu Eka Devi Safitri, S.Pd., atau akrab disapa Bu Eka, adalah sosok guru inspiratif di MTs Negeri 1 Pringsewu yang tak hanya mengajar, tetapi juga menghidupkan semangat belajar di setiap hati siswa-siswinya. Lahir di Tegineneng pada 13 Juli 1983 dari ayah berdarah Ogan dan ibu Jawa, perjalanan hidup Bu Eka sarat dengan perjuangan, dedikasi, dan cinta yang mendalam terhadap dunia pendidikan.
Sejak kecil, Bu Eka bercita-cita menjadi dokter dan guru. Namun, saat duduk di bangku MTs, ia mulai “mengukur” kemampuan keluarganya. Dengan penuh kesadaran, ia memilih jalur guru, mengikuti jejak sang ayah. Baginya, menjadi guru adalah profesi mulia dan terhormat. Ia sering mengatakan, “Saat kita mati, kita masih hidup melalui ilmu yang kita ajarkan.”
Perjalanan pendidikannya dimulai dari SD, kemudian berlanjut ke MTs dan MAN 1 Bandar Lampung, hingga akhirnya menyelesaikan S1 Pendidikan Biologi di Universitas Lampung (Unila). Karir pengabdian Bu Eka dimulai sejak diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kemenag Tanggamus pada usia 21 tahun, bahkan sebelum menyelesaikan kuliahnya. Di sela-sela pekerjaan sebagai staf kantor, kecintaannya pada dunia pendidikan mendorongnya untuk tetap menuntaskan kuliah yang sempat terhenti.
Bu Eka merasa bahwa mengabdi di MTs Negeri 1 Pringsewu seperti membangun dan merawat rumah sendiri. Keterikatan emosionalnya kuat, karena ia adalah alumni sekolah tersebut dan keluarga besarnya berasal dari daerah ini. Dedikasinya berbuah manis ketika pada perayaan Hari Guru Nasional yang diselenggarakan OSIS pada 23 November 2024, ia dinobatkan sebagai Guru Paling Kreatif tahun 2024.
Keistimewaan Bu Eka terletak pada metode mengajarnya yang unik dan kreatif. Ketika Tim Humas mewawancarainya, ia menjelaskan bahwa metode dan media pembelajarannya sering bersifat otodidak dan spontan. Misalnya, saat mengajarkan materi tentang mata, ia menuliskan kata-kata kunci, lalu melagukannya bersama siswa dengan irama lagu-lagu hits yang mereka sukai, seperti lagu “Seperti Mati Lampu.” Pendekatan ini membuat pembelajaran menjadi lebih hidup dan menyenangkan.
Salah satu tips mengajar Bu Eka adalah menempatkan diri sebagai siswa. Ia berusaha memahami apa yang diinginkan siswa saat belajar dan menciptakan ice-breaking yang menggugah semangat. Pendekatan ini menjadikan kelasnya penuh energi dan inspirasi. Tak heran jika banyak penghargaan telah diraihnya, baik di tingkat provinsi maupun nasional. Sebagai pelatih Olimpiade IPA, Bu Eka berhasil menghantarkan banyak siswa menjuarai kompetisi bergengsi. Terakhir, pada September lalu, salah satu anak binaannya lolos ke tingkat nasional di Ternate.
Motto hidup Bu Eka, “Hidup mulia atau mati syahid,” mencerminkan prinsip kuat yang dipegangnya dalam menjalani profesi guru. Baginya, kesuksesan bukan semata hasil kerja keras sendiri, melainkan berkat doa dan dukungan banyak pihak, terutama suami dan anak-anaknya.
Pesan Bu Eka kepada para siswa sederhana namun mendalam: “Jadilah generasi yang membanggakan.” Ia ingin murid-muridnya tidak hanya memiliki keterampilan, tetapi juga etika dan karakter yang kuat. Kisah Bu Eka mengajarkan bahwa menjadi guru bukan sekadar pekerjaan, melainkan panggilan jiwa yang penuh makna. Dedikasinya telah menjadikannya inspirasi bagi semua, terutama guru-guru lain di MTs Negeri 1 Pringsewu. (Sul)
Barokallohu fiik.. semoga menginspirasi dan bermanfaat
Beri Komentar